Sabtu, 20 November 2010

Kohesivitas adalah teamwork dan multidimensional

Michael Hogg membedakan antara ketertarikan personal dan ketertarikan sosial. Jika antar anggota menyukai satu sama lain, maka disebut sebagai ketertarikan personal, bukan kohesivitas kelompok. Sedangkan, kohesivitas kelompok mengarah pada ketertarikan sosial, yaitu saling menyukai antar anggota dalam satu kelompok berdasar pada status sebagai anggota kelompok tersebut

Kohesivitas adalah teamwork. Banyak teori menyatakan bahwa kohesi harus dilakukan bersama dengan keinginan para anggotanya untuk bekerja sama mencapai tujuan. Sehingga, kelompok yang dikatakan kohesif ditandai dengan considerable interdependence of members, stabilitas antar anggota kelompok, perasaan bertanggung jawab dari hasil usaha kelompok, absent yang berkurang, dan tahan terhadap gangguan (Widmeyer, Brawley, & Carron, 1992).

Kohesivitas adalah multidimensional. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 6-1, dinamika kelompok yang berbeda telah mengkonsep kohesivitas dalam beberapa cara. Kenneth Dion yakin bahwa kohesivitas adalah konstruk multidimensional. Membentuk kekuatan sosial, rasa untuk bersatu, ketertarikan antar anggota dan kelompok itu sendiri, dan kemampuan kelompok untuk bekerja sebagai tim merupakan semua komponen dari kohesivitas, tetapi kelompok yang kohesif mungkin tidak memiliki seluruh (lengkap) kualitas ini. Sehingga, tidak ada kelompok yang benar-benar kohesif. Suatu kelompok mungkin menjadi kohesif karena anggotanya bekerja dengan baik dengan anggota lain, dan berbeda dengan kelompok lain yang menjadi kohesif karena setiap anggotanya memiliki rasa kebersamaan kelompok.

Tabel 6-1 Kohesivitas : Sebuah Konstruk Multidimensional

Dimensi Definisi

Social force “total dari sebuah kekuatan yang berada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut (Festinger, Schachter, & Back, 1950, p.164)”

Group unity “sebuah sintesis dari perasaan individu tentang keberadaan dalam kelompok dan perasaan mereka terhadap moral sebagai anggota kelompok” (Hoyle & Crawford, 1994, pp. 477-478)

Attraction “sifat kelompok yang diambil dari jumlah dan kekuatan sikap-sikap positif antara angggota kelompok” (Lott & Lott, 1965, p. 259)

Teamwork “proses dinamik yang menggambarkan kecenderungan sebuah kelompok yang tetap bersatu dan tetap pada kebersamaan tujuan dan sasaran” (Carrron, 1982, p. 124)

Mengukur kohesivitas kelompok

Sebuah definisi operasional menggambarkan sebuah konstruk, seperti kepemimpinan, kohesivitas, atau kekuatan, hingga dapat diukur (Hampel, 1966). Secara konseptual banyak teori yang mendefinisikan kohesivitas dalam berbagai cara, sehingga para peneliti telah mengembangkan banyak cara yang berbeda untuk mengukur kohesivitas secara empiris (Hogg, 1992).

Mengobservasi kohesi. Kohesivitas kelompok di studio Disney sangatlah jelas. Observer, memperhatikan perkerjaan sehari-hari orang-orang disana, dan dapat disimpulkan bahwa kelompok tersebut kohesif. Strategi observasi digunakan untuk mengukur kohesivitas kelompok. George Caspar Homans (1950) menggunakan metode observasi untuk meneliti sebuah tim. Dia mencermati hubungan interpersonal antar anggota, mencatat tekanan dan konflik yang terjadi dan seberapa lancar kelompok dapat bekerjasama sebagai satu kesatuan.

Beberapa peneliti beranggapan dirasa perlu untuk meningkatkan ketelitian metode observasi dengan sistem koding yang terstruktur, seperti Interaction Process Analysis (IPA) dan System of Multiple Level Observation of Groups (SYMLOG) oleh Robert Bale. Peneliti yang lain telah menggunakan metode observasi untuk menilai suatu kohesivitas. Untuk mengukur kohesivitas dari kelompok terapi, peneliti menghitung waktu dari panjang sesi akhir “group-hug” atau pelukan berkelompok.

Pendekatan self report. Metode self report merupakan cara lain untuk mengukur kohesivitas. Leon Festinger menggunakan sociometry dalam studinya mengenai kelompok orang-orang yang tinggal di lingkungan rumah yang sama (Festinger, Schachter, & Back, 1950). Pendekatan kedua dari self report mengasumsikan bahwa anggota kelompok dapat menggambarkan kesatuan dari kelompoknya secara tepat. Para peneliti juga menggunakan skala multi-item yang mengandung banyak pertanyaan yang dapat mengukur index kohesivitas kelompok. Sebagai contoh :

1. The Group Environment Scale (GES)

2. The Group Attitude Scale (GAS)

3. The Group Environment Questionnaire (GEQ)

4. The Perceived Cohesion Scale (PCS)

Menyelekasi alat ukur. Kebanyakan definisi operasional memberikan tantangan bagi para peneliti. Ketika mereka mengukur kohesivitas dalam cara yang berbeda, mereka memberikan kesimpulan yang berbeda pula. Alat ukur yang hanya fokus pada fungsi anggota kelompok terhadap kohesivitas kelompok mereka, akan berbeda jika mengukur seberapa kuat hubungan antara individu dalam kelompok. Para peneliti, berdasarkan pada paksaat setting penelitian, dapat memilih alat ukur yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan mereka. Metode pengukuran yang berbeda seringkali menghasilkan informasi yang berbeda pula, dan para peneliti sering kali menyimpulkan bahwa kohesivitas memiliki komponen yang banyak dan operasi yang berbeda dapat mengukur komponen yang berbeda pula.

INGROUP

Sikap perasaan ingroup itu ialah berkenaan dengan seluk beluk usaha dan orang-orang yang dipahami dan dialami oleh anggota pada interaksi di dalam kelompoknya.

Sikap perasaan ingroup adalah sikap perasaan terhadap orang dalam.

Contoh : Sikap perasaan in group. Misalnya , sekelumit orang yang dalam peperangan telah menjalankan tugas pekerjaan yang sukar, dan telah mengalami pahit getir bersama-sama , mempunyai cara-cara senda gurau yang khusus dan yang ditujukan kepada kawan-kawan sepengalaman. Apabila sedang bersenda gurau lalu orang luaran yang turut tertawa dengan mereka , maka kawan-kawan ini dengan tiba-tiba diam dan tidak mengatakan apa-apa lalu pergi dari temapat itu karena adalah seorang out group yang ingin turut serta dengan mereka itu (Bill Mauldin).

Sikap perasaan in group itu seakan-akan hanyalah mengijinkan kawan-kawan , anggota in group itu saja untuk turut serta dengan kegiatan yang mereka lakukan.

DEVELOPING GROUP COHESION

Teori tentang urutan dan nama dari setiap tahap sangat banyak. Banyak model, akan tetapi bagaimanapun hasil penting dari hubungan interpersonal tentu harus dicapai dalam kelompok manapun untuk memperpanjang keberadaan sebuah kelompok. Anggota pada banyak kelompok harus, sebagai contoh menemukan siapa anggota kelompok yang lain, mencapai sebuah tingkat salaing ketergantungan, dan menguraikan konflik (Hare,1982; Lacoursiere, 1980; wheelan,1994). Oleh karena itu banyak model memasukkan tahapan – tahapan yang ada dibawah ini. Pada permulaannya kelompok harus mulai mengarahkan yang lain pada tujuan tertentu, kemudian mereka akan sering menemukan konflik, dan mencari beberapa solusi untuk memperbaiki kelompok. Dalam fase ketiga kelompok dapat bermain sebagai sebuah kesatuan untuk mencapai tujuan. Dan pada tahap terakhir rangkaian tahapan perkembangan kelompok berakhir pada tahap istirahat.

Sumber : http://dinkelpsiunair07.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar